Dari Wiktionary bahasa Indonesia, kamus bebas Loncat ke navigasi Loncat ke pencarianbahasa Indonesia[sunting] Adverbia sedang sedang masih dalam melakukan sesuatu; lagi; baru saja ia sedang belajar mengetik dalam pada itu; sementara; dalam waktu itu sedang ia hendak pergi, hujan pun mulai turun menengah tidak kurang dan tidak lebih; tidak besar dan tidak kecil, dsb. ia hanya mempunyai nilai yang sedang di kelasnya sehingga tidak mungkin menjadi juara kelas patut; pantas upah yang diterimanya per hari sudah sedang baginya cukup gajinya hanya sedang untuk makan dua minggu kena ukurannya; cocok pada tubuh, dsb. baju kakaknya ternyata sedang juga untuknya sederhana; tidak melampaui batas; ugahari kehidupan mereka sedang saja Adjektiva sedang sedang menengah tidak kurang dan tidak lebih; tidak besar dan tidak kecil, dsb. ia hanya mempunyai nilai yang sedang di kelasnya sehingga tidak mungkin menjadi juara kelas patut; pantas upah yang diterimanya per hari sudah sedang baginya cukup gajinya hanya sedang untuk makan dua minggu kena ukurannya; cocok pada tubuh, dsb. baju kakaknya ternyata sedang juga untuknya sederhana; tidak melampaui batas; ugahari kehidupan mereka sedang saja Partikel sedang sedang sedangkan Etimologi Kata turunan Sinonim Frasa dan kata majemuk Terjemahan[?] Lihat pula Semua halaman dengan kata "sedang" Semua halaman dengan judul mengandung kata "sedang" Lema yang terhubung ke "sedang" Pranala luar Definisi KBBI daring KBBI V, SABDA KBBI III, Kamus BI, Tesaurus Tesaurus Tematis, SABDA Terjemahan Google Translate, Bing Translator Penggunaan di korpora Corpora Uni-Leipzig Penggunaan di Wikipedia dan Wikisource Wikipedia, Wikisource Ilustrasi Google Images, Bing Images Jika komentar Anda belum keluar, Anda dapat menghapus tembolok halaman pembicaraan ini. Belum ada komentar. Anda dapat menjadi yang pertama lbs Bahasa Indonesia a ° ⧠b ° ⧠c ° ⧠d ° ⧠e ° ⧠f ° ⧠g ° ⧠h ° ⧠i ° ⧠j ° ⧠k ° ⧠l ° ⧠m ° ⧠n ° ⧠o ° ⧠p ° ⧠q ° ⧠r ° ⧠s ° ⧠t ° ⧠u ° ⧠v ° ⧠w ° ⧠x ° ⧠y ° ⧠z ° Kategori Kata Kata dasar Kata berimbuhan Kata ulang Turunan kata Gabungan kata majemuk Frasa Turunan frasa Morfem Imbuhan Prakategorial Morfem terikat Morfem unik Peribahasa/idiom Kiasan/ungkapan Kependekan singkatan dan akronim Bahasa daerah Bahasa asing/serapan Kata dengan unsur serapanKelas kata Adjektiva Adverbia Artikula Interjeksi Interogativa Konjungsi Nomina Numeralia Partikel Preposisi Pronomina VerbaRagam bahasa Arkais tidak lazim / Ejaan lama Cakapan tidak baku / nonformal / variasi Klasik naskah kuno Kasar Hormat Feminin MaskulinBidang ilmu /Leksikon Administrasi dan Kepegawaian Agama Budha Agama Hindu Agama Islam Agama Katolik Agama Kristen Anatomi Antropologi Arkeologi Arsitektur Astrologi Astronomi Bakteriologi Biologi Botani Demografi Ekonomi dan Keuangan Elektronika Entomologi Farmasi Filologi Filsafat Fisika Geografi dan Geologi Grafika Hidrologi Hidrometeorologi Hukum Ilmu Komunikasi Kedirgantaraan Kedokteran dan Fisiologi Kehutanan Kemiliteran Kesenian Kimia Komputer Linguistik Manajemen Matematika Mekanika Metalurgi Meteorologi Mikologi Mineralogi Musik Olahraga Pelayaran Pendidikan Penerbangan Perdagangan idNegasiIndeks Alfabetis Frasa Frekuensi Kiasan Peribahasa Serapan Gambar 206 kata benda dasar Swadesh 207 kata dasar Kata perhentian stopwords RimaImbuhan Nomina -an ke-/ke-an/keber-an/kepeng-an/kese-an/keter-an/ketidak-an pe-/pe-an per-/per-an se-/se-an Adjektiva ter- se- ke- Verba ber-/ber-an/ber-kan me-/me-i/me-kan di-/di-i/di-kan ku-/ku-i/ku-kan kau-/kau-i/kau-kan memper-/memper-i/memper-kan diper-/diper-i/diper-kan kuper-/kuper-i/kuper-kan kauper-/kauper-i/kauper-kan -i -kan Akhiran -ku -mu -nya -kah -lah -tah Sisipan -er-, -el-, -em-, -in- KategoriBahasa Indonesia IndeksBahasa Indonesia ProyekWiki bahasa Indonesia Lampiran bahasa Indonesia Bahasa daerah sebagian atau seluruh definisi yang termuat pada halaman ini diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS tidak kurang dan tidak lebih dinamakan . Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. āŗ OpiniāŗPancasila, Tidak Kurang Tidak ... Kalau kita mau terus memantapkan NKRI berhadapan dengan sekian tantangan, seperti radikalisme, globalisme ekonomis dan sebagainya, kita harus mendasarkan diri pada lima prinsip atau sila di Pembukaan UUD 1945, Pancasila. KOMPAS/RIZA FATHONI Warga melintas di depan spanduk raksasa bergambar Garuda Pancasila di kawasan Cawang, Jakarta, Minggu 9/6/2013. Butir-butir Pancasila yang dipidatokan Bung Karno di depan Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI pada 1 Juni 1945 menjadi momentum kelahiran hari lalu saya membaca sebuah WA āPerlakuan sebagian kalangan terhadap Pancasila sekarang sudah agak mencemaskan karena mau mengangkatnya sekarang sebagai āakidah agamaā. Walau secara resmi tidak dikatakan demikian, tetapi perilakunya mengatakan ituā.WA tersebut ditutup āHarus ditegaskan Pancasila bukan akidah agamaā. Apa peringatan itu berarti perhatian pada Pancasila berlebihan lagi? Waktu Reformasi, omongan tentang Pancasila pernah hilang. Suatu reaksi atas overload omongan Pancasila Orde Baru. Padahal, di waktu Reformasi, Pancasila justru membuktikan diri. Amat mengesankan bagaimana pada masa teramat kritis itu dua presiden pertama Reformasi, BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid; ketua MPR terpilih pertama Amien Rais, dan banyak tokoh lain, berhasil membawa Indonesia menjadi demokrasi tulen meski belum sempurna tetap atas dasar membawa Pancasila kembali ke wacana publik adalah masuknya radikalisme agama ke Indonesia. Radikalisme adalah ancaman karena menolak nilai-nilai, bahkan identitas bangsa. Cukup melihat Suriah, Irak, Libya, juga Mozambik dan Nigeria. Negara-negara itu tersobek-sobek atas dasar identitas agama dan sering juga itu, Pancasila pantas disyukuri. Indonesia terdiri atas ratusan komunitas etnik, budaya, dan agama, masing-masing dengan identitasnya dengan menyepakati lima sila Pancasila sebagai dasar etika dan kemanusiaan bersama, Indonesia berhasil mencapai sesuatu yang di Myanmar atau di Etiopia tak berhasil diwujudkan yakni bahwa identitas setiap komunitas tak ditindas, tetapi dilindungi dan diangkat oleh identitas orang beridentitas Indonesia, orang Jawa bisa tetap Jawa dan orang Minang tetap Minang, orang Katolik bisa tetap 100 persen Katolik dan orang Islam bisa 100 persen setia pada akidahnya. Itulah peran kunci menyaingi agamaAtas dasar Pancasila, tiga orientasi dasar masyarakat Indonesia bersatu mereka yang secara politis berfokus pada kebangsaan, lalu seluruh mainstream Islam Indonesia, dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai representannya, serta komunitas-komunitas agama dan kepercayaan Indonesia begitu kuat karena tiga orientasi itu mau bersatu dan mereka bisa bersatu atas dasar dan itu menentukan Pancasila hanya dapat memainkan peranannya apabila tak dijadikan semacam filsafat hidup yang malah menyaingi agama. Begitu pula segala āpemerasanā untuk mencari semacam āhakikat Pancasilaā sudah tepat kalau ditolak tanpa perlu menyangkal bahwa āsosio-nasionalismeā dan āsosio-demokrasiā, atau āgotong royongā bisa ditemukan di dalam.Pancasila, padanya ānegara Republik Indonesia ⦠berdasarā adalah persis, dan secara eksklusif, lima sila yang disebut pada akhir Pembukaan UUD 1945, seperti yang ditetapkan pada 18 Agustus 1945. Tidak kurang, tetapi juga tidak INDRA RIATMOKO Sejumlah pemuda lintas agama membawa bermacam poster saat hendak membagikan takjil di kawasan Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat 7/5/2021. Dana pembuatan hidangan takjil sebanyak 500 bungkus itu diperoleh dari sumbangan pemuda peserta acara mempersatukan ratusan komunitas etnik, budaya dan agama Indonesia yang berbeda, baik mayoritas maupun minoritas, yang memungkinkan mereka hidup bersama dalam damai, adalah bahwa mereka dapat mendasarkan diri pada lima sila itu. Sementara realisasi Pancasila dalam perpolitikan konkret, misalnya bagaimana keadilan sosial diwujudkan, harus disepakati terus-menerus dalam proses pencarian arah bangsa secara diingat bahwa manusia Indonesia bukannya beretika dan beragama karena ia ber-Pancasila, melainkan ia ber-Pancasila karena ia beretika dan beragama. Apa yang baik dan yang jahat, jujur atau curang, begitu pula keagamaannya, sudah diinternalisasikan manusia Indonesia di tahun-tahun paling pertama hidupnya dari ibunya, dari lingkungannya, dari umatnya, dari budayanya, jauh sebelum ia untuk pertama kali mendengar kata justru merangkul Pancasila karena dalam lima silanya kita menemukan suatu etika luhur, dan orang beragama bisa meyakini Pancasila karena lima silanya ternyata amat sesuai dengan melebih-lebihkan Pancasila mau dijadikan semacam filsafat hidup seluruh bangsa justru akan kontraproduktif. Itu kiranya yang dimaksud oleh peringatan di atas agar Pancasila jangan diangkat menjadi mirip akidah cukup jika Pancasila terus dipromosikan sebagai lima prinsip etika bangsa yang disepakati semua, yang karena itu memungkinkan kita saling menerima, saling menghormati, bahkan saling menghargai dalam perbedaan, juga dalam perbedaan keberhasilan yang luar biasa bangsa Indonesia! Yang semakin diakui dunia internasional. Karena itu, kita perlu menghindar dari memberi kesan bahwa Pancasila mau mengurangi semangat kita mau terus memantapkan NKRI berhadapan dengan sekian tantangan, tidak hanya radikalisme, tetapi juga globalisme ekonomis dan sebagainya, kita harus tegas-tegas mendasarkan diri pada lima prinsip atau sila di Pembukaan UUD 1945 yang kita sebut Pancasila. Tak kurang, tak Magnis-Suseno, Guru Besar Emeritus Sekolah Tinggi filsafat Driyarkara 0JuwNx. 148 396 230 110 295 415 299 206 148